Pages

Tuesday, May 10, 2011

DIMANA KEBAHAGIAAN ITU???


Semua berawal dari sebuah keinginan dan mimpi. Ada bermacam-macam mimpi dan keinginan, tapi semua macam itu tidak benar-benar berbeda. Kenapa? Karena semua itu hanya untuk mendapatkan satu hal, yakni kebahagiaan. Mimpi dan keinginan muncul karena otak kita menganggap tujuan akhir yang dituju keinginan tersebut bisa membuat kita senang, suka, atau sejenisnya. Tapi pernahkah kita berpikir ke belakang, apa sih yang sebenarnya benar-benar membuat kita berbahagia???

Kebahagiaan dapat berarti adanya sesuatu yang sangat menyenangkan kita, menghibur, dan singkatnya membuat perasaan kita nyaman. Dari perspektif lain, kita bisa mendefinisikan bahwa kebahagiaan merupakan keadaan tanpa kecemasan, penderitaan, atau ketiadaan hal-hal yang membuat kita tidak nyaman. Mengacu pada definisi kedua, kita bisa melihat beberapa jenis kecemasan, penderitaan dan ketidaknyamanan, yaitu : kelahiran, kematian, usia tua, dan duka cita. Kita juga bisa memperluas penyebab penderitaan itu sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan (yang diinginkan). Jadi, kalau kita bisa mengatasi unsur-unsur ketidaknyamanan tersebut, besar kemungkinan bahwa kita sudah bahagia.


Pertanyaan berikutnya yang patut diselesaikan adalah bagaimana mengatasi ketidaknyamanan tersebut. Dari sini kita dapat mengutip sloka dari Bhagavad Gita 14.20

Bila makhluk hidup di dalam badan dapat melampaui ke tiga sifat alam yang berhubungan dengan badan jasmani, ia dapat dibebaskan dari kelahiran, kematian, usia tua dan dukacitanya hingga ia dapat menikmati minuman kekekalan bahkan dalam kehidupan ini pun.”

Tiga sifat alam yang dimaksud dari sloka di atas adalah Tri Guna, yakni sattwam (kebaikan), rajas (nafsu), dan tamas (kebodohan). Kapanpun kita dapat melampaui sifat alam tersebut, saat itulah kita bisa disebut kebahagiaan (minuman kekekalan merupakan amerta, bisa disebut kebahagiaanabadi/sejati). Hal itu tidak harus kita nikmati setelah ajal, saat kehidupan inipun kita dapat menikmatinya. Ciri-ciri bahwa kita sudah menikmati kebahagiaan tersebut antara lain seperti yang disebutkan di bawah ini.

bhagavad Gita 14.21-14.25
Arjuna berkata; O Tuhan yang hamba cintai, melalui tanda-tanda manakah kita dapat mengetahui orang yang melampaui tiga sifat alam tersebut? Bagaimana tingkah lakunya? Bagaimana cara melampaui sifat-sifat alam?
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai putera Pandu, orang yang tidak membenci penerangan, ikatan, dan khayalan bila hal-hal itu ada ataupun merindukannya bila hal-hal itu lenyap; yang tidak pernah gelisah atau goyah selama ia mengalami segala reaksi sifat-sifat alam material, tetap netral dan rohani, dengan mengetahui bahwa hanya sifat-sifat itulah yang bergerak; mantap dalam sang diri dan memandang suka dan duka dengan sikap sama; memandang segumpal tanah, sebuah batu dan sebatang emas dengan pandangan yang sama; bersikap yang sama terhadap yang diinginkan dan yang tidak diinginkan; mantap, bersikap yang sama baik terhadap pujian maupun tuduhan, penghormatan maupun penghinaan; yang memperlakukan kawan dan musuh dengan cara yang sama; dan sudah melepaskan ikatan terhadap segala kegiatan segala kegiatan material, orang seperti itulah dikatakan sudah melampaui sifat-sifat alam.

Namun tidaklah mudah melampaui sifat alam tersebut, untuk mengendalikan sifat-sifat tersebut untuk menjadi sepenuhnya baik saja sudah serasa tidak mungkin, apalagi melampauinya. Hanya saja, tidak ada yang tidak mungkin bila Tuhan berkehendak. Kita sebenarnya memiliki harapan untuk melaksanakan hal tersebut.

Bhagavad Gita 14.26
Orang yang menekuni bhakti sepenuhnya, dan tidak gagal dalam segala keadaan, segera melampaui sifat-sifat alam material, dan dengan demikian mencapai tingkat Brahman.”

Jelas sekali bukan, bahwa mencapai kebahagiaan yang sejati dapat dicapai dengan Bhakti (cinta kasih kepada Tuhan). Cinta adalah hal yang memiliki kekuatan luar biasa. Hanya saja cinta yang benar-benar murni hanya terjalin antara Tuhan dan ciptaannya. Cinta di alam material ini biasanya berbeda tipis dengan nafsu.

Kita adalah atman yang notabene adalah percikan kecil bunga api rohani dari Tuhan. Kita merupakan makhluk-makhluk yang kekal, hanya berganti badan karena terikat karma phala. Andai kita menjalin kembali ikatan kita terhadap Tuhan, kita akan mencapai kebahagiaan sejati. Bukan dengan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari pariwisata, atau meningkatkan segala macam taraf hidup material. Yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan taraf hidup spiritual.

Sejak perkembangan pariwisata di Bali, segala hal bersifat material berkembang sangat pesat, tetapi taraf hidup spiritual kita menurun jauh. Dulu, segala macam seni dipersembahkan hanya untuk Tuhan (ngayah). Ada waktu untuk bergotong-royong melaksanakan Bhakti kepada Tuhan. Bisa kita bayangkan bagaimana kemurnian jiwa masyarakat Bali saat itu. sekalipun mungkin secara materi masyarakat sekarang lebih berkembang, namun masyarakat jaman itu tanpa kecemasan yang berarti.

Lalu apa itu berarti saya meminta anda meninggalkan kehidupan jaman modern ini untuk kembali ke jaman dulu? Sama sekali tidak. Kita hanya perlu memutuskan, memilih kebahagiaan macam apa. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang berasal dari hubungan dengan Tuhan, dipenuhi pengetahuan dan Bhakti. Ataukan ingin memperoleh kebahagiaan dari keinginan-keinginan material kita yang tercapai hanya sekejap saja atau sementara, bahkan cenderung merangsang manusia untuk lebih rakus lagi, karena indria-indria kita tidak mungkin terpuaskan.

Nitisastra sloka 13
Mereka yang meninggalkan sesuatu yang kekal (pasti) dan memburu sesuatu yang tidak kekal (sesuatu yang tidak pasti) maka sesuatu yang kekal (pasti) itu menjadi hilang dan sesuatu yang tidak kekal dan tak pasti itu pun jauh – jauh sebelumnya sudah musnah.

No comments:

Post a Comment